Dalam kehidupan ini, banyak pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa di mana seseorang menghina orang lain, tetapi pada akhirnya dia sendiri yang terhina. Sebaliknya, orang yang dihina oleh manusia, namun bersabar, Allah mengangkat derajatnya. Inilah cara Allah menunjukkan kuasa-Nya dalam memuliakan siapa yang Dia kehendaki dan menghinakan siapa yang Dia kehendaki.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Katakanlah, ‘Wahai Tuhan yang memiliki kerajaan, Engkau memberikan kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan mencabut kerajaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau memuliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau menghinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu lah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.’”
(QS. Ali ‘Imran: 26)
- Penghinaan yang Berbalik Menghinakan Diri Sendiri
Betapa sering manusia terjerumus dalam dosa lisan dengan menghina atau merendahkan orang lain. Rasulullah ﷺ telah mengingatkan:
بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ
“Cukuplah seseorang itu dianggap buruk jika dia merendahkan saudaranya sesama Muslim.”
(HR. Muslim, no. 2564)
Ketika seseorang menghina orang lain, dia sesungguhnya sedang membuka aib dirinya sendiri di hadapan Allah dan manusia. Allah berfirman:
وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ
“Dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk setelah keimanan.”
(QS. Al-Hujurat: 11)
Bisa jadi, hinaan tersebut berbalik menjadi kehinaan bagi dirinya sendiri, baik di dunia maupun di akhirat, sebagaimana firman Allah:
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ
“Dan janganlah kamu mengira bahwa Allah lengah terhadap apa yang diperbuat oleh orang-orang zalim.”
(QS. Ibrahim: 42)
- Kesabaran Mengantarkan pada Kemuliaan
Sebaliknya, orang yang dihina dan direndahkan, namun bersabar, akan dimuliakan oleh Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ، دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ مَا شَاءَ
“Barang siapa menahan amarahnya padahal ia mampu untuk melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk hingga Allah mempersilakannya memilih bidadari yang dia inginkan.”
(HR. Abu Dawud, no. 4777)
Kesabaran ini membawa keberkahan dan kemuliaan, karena Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya yang bersabar. Dalam QS. Al-Anfal: 46, Allah menyatakan:
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”
- Renungan:
Hinaan dan kemuliaan hanyalah ujian dunia yang tidak luput dari kehendak Allah. Apa yang terlihat hina di mata manusia bisa menjadi sangat mulia di sisi Allah. Sebaliknya, kesombongan yang tampak megah di dunia bisa menjadi kehinaan abadi. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
إِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ، وَلَا يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
“Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap tawadhu, sehingga tidak ada seorang pun yang menyombongkan diri atas yang lain, dan tidak ada yang berbuat zalim kepada yang lain.”
(HR. Muslim, no. 2865)
Penutup:
Biarlah Allah yang menentukan kemuliaan dan kehinaan. Hindarilah menghina atau merendahkan orang lain, karena bisa jadi kehinaan itu berbalik kepada diri kita. Sebaliknya, bersabarlah ketika dihina, karena di balik itu ada janji Allah untuk mengangkat derajat dan memberikan keberkahan yang luar biasa.
Wallahu a’lam.
Abuzatein